METODELOGI PENELITIAN PENDIDIKAN ISLAM

 

Metodologi penelitian merupakan disiplin ilmu yang membahas tentang cara dan prosedur sistematis dalam memperoleh pengetahuan yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam Konteks pendidikan Islam, metodologi penelitian menjadi sarana utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang berlandaskan prinsipprinsip Islam. Menurut Creswell (2018), metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan panduan dalam menyusun, melaksanakan, dan menganalisis penelitian agar sesuai dengan kaidah ilmiah yang berlaku. Urgensi metodologi penelitian dalam pendidikan Islam terletak pada perlunya pengembangan metode penelitian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, baik dalam aspek epistemologi,
ontologi, maupun aksiologi. Metodologi ini juga berperan dalam menjaga integritas akademik dan keilmuan dalam penelitian pendidikan Islam.

PENDEKATAN EKONOMI PRODUKSI Dalam Perspektif Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan Menghadapi Perubahan Iklim

 

Pertanian tanaman pangan memegang peran sentral dalam kehidupan manusia, tidak hanya sebagai penyedia kebutuhan pangan tetapi juga sebagai penggerak perekonomian pedesaan dan penjaga stabilitas nasional. Di Indonesia, padi, jagung, dan kedelai menjadi komoditas utama yang menopang konsumsi dan kesejahteraan masyarakat. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, perubahan iklim global telah menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan sektor ini. Fenomena seperti kenaikan suhu global, perubahan pola curah hujan, serta meningkatnya frekuensi cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan telah menguji daya tahan sistem pertanian kita. Perubahan iklim membawa dampak besar yang mengancam ketahanan pangan. Dari pola curah hujan yang tidak menentu hingga peningkatan suhu global dan bencana alam yang semakin sering terjadi, tantangan ini mengharuskan kita untuk mengubah cara kita berproduksi. Di sinilah pendekatan ekonomi produksi berperan untuk tidak hanya memaksimalkan produktivitas tetapi juga melindungi sumber daya alam, sehingga menjamin keberlanjutan pertanian.

MANAJEMEN PEMASARAN PENDIDIKAN


 

Buku ini mengangkat persoalan-persoalan yang terjadi di sekolah-sekolah yang terkait dengan pemasaran lembaga pendidikan. Tujuan utama manajemen pemasaran pendidikan adalah untuk memastikan bahwa lembaga pendidikan mampu menarik, mempertahankan, dan memuaskan peserta didik serta masyarakat dengan cara yang efektif, efisien, dan beretika. Melalui penerapan strategi pemasaran yang tepat, lembaga pendidikan dapat meningkatkan daya saingnya, memperkuat citra positif, serta menjamin keberlangsungan institusi dalam jangka panjang. Pemasaran pendidikan tidak hanya berorientasi pada peningkatan jumlah siswa, tetapi juga pada pembentukan hubungan jangka panjang yang harmonis dengan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder), seperti orang tua, alumni, pemerintah, dan dunia kerja.

DIGITAL PUBLIC RELATION

 

Buku ini hadir sebagai respons terhadap perubahan cepat dalam dunia komunikasi, khususnya dalam bidang Public Relations (PR), yang semakin dipengaruhi oleh perkembangan teknologi digital. Di tengah kemajuan media sosial, platform digital, dan analitik data, penting bagi para praktisi dan akademisi PR untuk memahami bagaimana strategi komunikasi yang dulu bersifat tradisional kini harus beradaptasi dengan kecepatan dan kompleksitas dunia digital. Buku Digital Public Relations ini dirancang untuk memberikan wawasan menyeluruh mengenai dinamika komunikasi digital, baik dari sisi teori maupun praktik. Penyusunan buku ini didorong oleh kebutuhan untuk menjembatani kesenjangan antara teori PR yang telah mapan dengan aplikasi praktik di era digital. Dunia PR yang dulunya mengandalkan media massa konvensional kini dihadapkan pada tuntutan untuk mengelola reputasi secara real-time melalui media sosial dan platform digital lainnya. Buku ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang strategi-strategi komunikasi yang efektif dalam ruang digital, serta pentingnya pengukuran dan analitik dalam merancang dan mengevaluasi kampanye PR.

BUKU AJAR PENGANTAR ILMU POLITIK Mengenal dan Memahami Ilmu Politik


 

Sering kali muncul ambiguitas dimasyarakat antara pengertian "Politik" sebagai suatu fenomena atau aktivitas, dan "Ilmu Politik" sebagai disiplin ilmiah yang mengkajinya. Kerancuan terminologis ini tidak hanya berpotensi membingungkan dalam diskusi seharihari, tetapi juga dapat menghambat penelitian akademis yang memerlukan landasan teoretis yang kokoh. Sehingga diperlukan pemahaman yang jelas mengenai konsep dasar kajian sosial sebagai prasyarat mutlak yang menghasilkan analisis akurat, berbobot serta akademis, yang berbeda dengan obrolan santai di warung kopi. Istilah “politik” berasal dari bahasa Yunani, polis yang berarti kota-negara (city-state). Awalnya, politik merujuk pada urusan masyarakat dalam suatu polis. Dalam perkembangannya, politik dimaknai secara lebih luas sebagai segala aktivitas yang berkaitan dengan proses penentuan, pelaksanaan, dan distribusi kekuasaan dan sumber daya dalam masyarakat (Heywood, 2021).

PENGAMBILAN KEPUTUSAN: Konsep, Teknik dan Aplikasi dalam Administrasi Publik

 

Persoalan dalam organisasi maupun kehidupan modern bukan semata terletak pada individu, tetapi pada sistem itu sendiri. Hal ini dijelaskan oleh Peter Drucker yang mengatakan bahwa bahaya terbesar di masa turbulensi bukanlah turbulensinya, melainkan jika kita masih bertindak dengan logika masa lalu. Kata sistem sendiri memiliki makna yang luas, bisa dipahami sebagai prosedur, proses, jaringan, metode, maupun teknologi pengendali berbasis komputer. Dalam kehidupan sehari- hari, manusia senantiasa menggunakan, memengaruhi, bahkan dipengaruhi oleh berbagai sistem: sistem biologis, sosial, mekanik, maupun alamiah (Maani, 2000; Wilson, 1984). Contoh paling sederhana adalah tubuh manusia sebagai sistem biologis yang terdiri dari berbagai sub sistem seperti pencernaan dan peredaran darah. Dalam lingkup sosial, sistem muncul dalam keluarga, sekolah, pekerjaan, hingga kelompok masyarakat. Bahkan kehidupan modern sulit dibayangkan tanpa dukungan sistem mekanik dan teknologi seperti telekomunikasi (Dallenbach, 1995).

SUB NASIONAL & PARA DIPLOMASI

 


Fenomena globalisasi telah membawa perubahan signifikan terhadap peran aktor-aktor dalam hubungan internasional. Tidak hanya negara yang menjadi aktor utama, tetapi juga aktor-aktor sub nasional seperti pemerintah daerah, kota, komunitas lokal, bahkan warisan budaya (heritage) kini memainkan peran penting dalam interaksi global. Perkembangan teknologi komunikasi yang sangat pesat menciptakan fenomena “desa global” (global village) sebagaimana dikemukakan oleh Marshall McLuhan (1962), yang menggambarkan dunia sebagai ruang interaksi yang saling terhubung tanpa batas. Oleh karena itu, memahami konsep sub nasional menjadi kunci dalam studi hubungan internasional kontemporer. Selain itu, sub nasionalitas semakin menonjol melalui diplomasi kota (city diplomacy), para diplomasi, jejaring daerah, hingga peran identitas budaya dalam memengaruhi citra dan kerja sama internasional. Studi tentang sub nasional membuka perspektif baru bahwa interaksi global tidak lagi bersifat top-down dari negara ke masyarakat, melainkan juga bottom-up dari komunitas lokal ke dunia internasional.